Jumat, 20 Juni 2008

Kasus STPDN Terulang Di STIP, Cilincing

Kasus penganiayaan senior terhadap yuniornya yang terjadi di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), diduga juga terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Cilincing, Jakarta Utara (Jakut).

Tiga taruna tingkat satu STIP yang diduga dianiaya, melapor ke Kepolisian Resor Metro (Polrestro) Jakut, Kamis (15/5) pagi, menyusul tewasnya seorang taruna tingkat I, Agum B Gultom (20), Senin (12/5) malam.

Tiga orang kemungkinan akan ditetapkan sebagai tersangka.Ketiga korban yang diduga dianiaya tersebut menurut Kepala Polrestro Jakut, Komisaris Besar Muhamad Roem Murkal adalah DA, Kus, dan FO. "Terkait dengan ini, sekarang kami masih memeriksa 20 orang, antara lain petugas piket STIP, perwira pengawas, taruna, dan seorang pengemudi ojek," paparnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (15/5).

Ketiga korban mengadu ke anggota Polrestro Jakut ketika diadakan prarekonstruksi kematian Agum, di Kampus STIP. Mereka mengaku terpengaruh imbauan Roem agar taruna yang mengalami kekerasan, melapor kepolisi.

"Sebulan lalu saya memang memberi seminar di STIP. Dalam acara tersebut saya mengimbau, hindari Narkoba, dan mengingatkan bahwa pemukulan itu tindak pidana. Saya imbau para taruna agar menghentikan segala bentuk kekerasan dalam hubungan taruna senior dan yunior. Hubungan senior-yunior harus bersifat edukatif. Jadi kalau melakukan hukuman, sebaiknya dibuat hukuman yang bersifat mendidik," tutur Roem.

Ia menambahkan, pihaknya kemungkinan besar akan menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus ini. "Sekarang kan belum 24 jam. Masih ada waktu untuk menetapkan tersangka," kilahnya.

Ketiga korban, Kamis pagi divisum di Rumah Sakit (RS) Koja, Jakut, sekitar pukul 08.00. "Tentang kapan tindakan penganiayaannya, saya belum tahu, sedang diperiksa. Yang jelas, diduga, pengaiayaan dilakukan dengan tangan kosong," ucap Roem.

Agum dilaporkan tewas, Senin malam, setelah mengikuti latihan inisiasi pedangpora. Pihak STIP mengatakan, Agum tewas karena kelelahan. Jenasahnya dibawa dan dimakamkan di Tandes, Surabaya, Jawa Timur. "Karena ada dugaan kuat, kematian Agum dilatarbelakangi tindak pidana, maka kami akan meminta keluarga Agum membongkar kembali jenazah Agum untuk diotopsi. Mudah-mudahan keluarga korban memaklumi hal ini," jelas Roem.